DAWUH KYAI

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang biasa dipanggil Gus Baha menegaskan bahwa penting bagi kiai, orang saleh, dan sebagainya untuk memiliki harta (kaya). Sebab harta di tangan orang saleh akan dibawa pada kebaikan. Sebaliknya, jika harta dimiliki orang fasik akan menjadi sarana atau pengantar pada kemaksiatan.

Sumber: https://nu.or.id/nasional/gus-baha-jelaskan-mengapa-orang-saleh-harus-kaya-STnR8

 

Dawuh KH Ahmad Bahauddin Nursalim

atau yang biasa dipanggil Gus Baha menegaskan bahwa penting bagi kiai, orang saleh, dan sebagainya untuk memiliki harta (kaya). Sebab harta di tangan orang saleh akan dibawa pada kebaikan. Sebaliknya, jika harta dimiliki orang fasik akan menjadi sarana atau pengantar pada kemaksiatan.
“Kalau pakai logika fikih, harta itu fitnah. Oke, seakan-akan harta itu masalah. Tapi kalau ini (harta) dimiliki orang dzalim, maka akan menjadi masalah besar. Sehingga orang saleh juga harus menguasai harta,” terangnya saat menjadi narasumber dalam Haul Majemuk Masyayikh dan Keluarga Besar Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Jumat

 


Dawuh Kiai Azaim
  1. Menjadikan kekayaan sebagai bukti kekuasaan Allah dan digunakan untuk berdakwah dan mengembangkan pesantren

Semisal seorang kiai yang kaya lalu menjadikan kekayaannya sebagai bukti bahwa Allah Maha Kaya. Sehingga kiai ini tidak mengemis kepada orang lain untuk berdakwah dan mengembangkan pesantrennya. Maka kekayaan yang berada pada orang saleh akan menjadi harta yang memiliki manfaat luar biasa.

Kiai Azaim menyampaikan, “Bagaimana kiai itu harus kaya bukan untuk menunjukkan kesombongannya, tetapi untuk menunjukkan Allah Maha Pemberi Rizki. Ketika harta yang saleh  ada pada orang yang saleh, ini kan berarti kesalehan dobel”

 

  1. Jika tidak kaya, khawatir dimanfaatkan oleh oknum yang berkepentingan

Sebaliknya, ketika seorang kiai tidak kaya apalagi tidak kaya hati, akan mudah dipengaruhi oleh oknum yang berkepentingan dengan memanfaatkan pesantren. Karena pesantren ternyata telah menjadi hal yang menarik untuk sasaran matrealisme. Oleh sebab itu, seorang kiai harus kaya harta dan hati.

Dawuh Kiai Azaim, “Ketika dunia pesantren menjadi sesuatu yang menarik di kancah nasional, dipolitisir dengan segala kepentingan, maka ahlul bait pondok pesantren, para gus, ini obyek yang snagat menarik manjadi sasaran matrealisme itu. Tetapi ketika kita kaya hati ini yang luar biasa. Maka kekayaan fisik, ini hanyalah menjadi sarana penguatan dakwah”.

 

  1. Kekayaan untuk memuliakan ilmu

Seorang yang berilmu memang harus kaya, dengan tujuan menjadikan kekayaannya untuk memuliakan ilmu. Tidak selamanya orang yang berilmu harus sederhana, apalagi sampai terkesan memprihatinkan. Maka, jika Allah memberikan rizki yang melimpah, gunakanlah semuanya demi memuliakan ilmu.

Sebagaimana Kiai Azaim menggambarkan Abuya Sayyid Muhammad memuliakan ilmu, “Bagaimana pakaian beliau (Abuya Sayyid Muhammad) super mahal,  ketika untuk menampilkan ilmu, menghormati ilmu, parfumnya sangat mahal, imamah dari tekstil yang terbaik, dan cetakan kitab beliau juga dari cetakan yang terbaik juga”

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang biasa dipanggil Gus Baha menegaskan bahwa penting bagi kiai, orang saleh, dan sebagainya untuk memiliki harta (kaya). Sebab harta di tangan orang saleh akan dibawa pada kebaikan. Sebaliknya, jika harta dimiliki orang fasik akan menjadi sarana atau pengantar pada kemaksiatan.

Sumber: https://nu.or.id/nasional/gus-baha-jelaskan-mengapa-orang-saleh-harus-kaya-STnR8
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang biasa dipanggil Gus Baha menegaskan bahwa penting bagi kiai, orang saleh, dan sebagainya untuk memiliki harta (kaya). Sebab harta di tangan orang saleh akan dibawa pada kebaikan. Sebaliknya, jika harta dimiliki orang fasik akan menjadi sarana atau pengantar pada kemaksiatan.

Sumber: https://nu.or.id/nasional/gus-baha-jelaskan-mengapa-orang-saleh-harus-kaya-STnR8