ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Kitab Tanbihul Muta’alim, karya Ahmad Maisur Sindi Ath Thursidi - Purworejo ini mengulas secara ringkas mengenai adab-adab menuntu ilmu. Dalam buku ini, Ahmad Maisur Sindi Ath Thursidi hanya menadhamkan tanbih milik Syeh Asy Syufuq Hasyim Asy’ariy – Tebuireng. Segala puji bagi Allah Swt yang Maha Agung sebutan-Nya. Shalawat serta salam-Nya semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabiyullah Muhammad Saw sebagai gudang seluruh keluhuran, begitu pula keluarga dan sahabat-sahabatnya yang ibarat bintang. Kitab yang hadir dalam hati pengarangnya ini memuat beberapa tatakarama yang lebih utama dalam menuntut ilmu.
الآداب قبل الحضور
Orang yang menuntut ilmu itu harus
memiliki beberapa adab yang bersifat syar’i. Adapun di antara adab itu antaralain:
- Sebelum masuk ke dalam tempat mencari ilmu (madrasah), disunnahkan untuk bersuci dengan wudlu’, memakai pakaian yang bersih dan suci serta memakai parfum, dan menggunakan siwak. Supaya sampai di madrasah sudah dalam keadaan rapi.
- Menyiapkan peralatan yang akan dibawa ketika belajar, supaya ketika hadir di madrasah sudah tidak perlu kembali lagi karena ada yang masih kurang.
الآداب
في مجلس التعلم
- Duduknya yang tenang (jatmiko), menghormati guru dan ilmu di tempat yang sesuai dengan adab, maksudnya tidak terlalu dekat, tetap (istiqomah), serta menghadap ke guru dan arah kiblat.
- Memulai belajar dengan mengucapkan basmallah, hamdallah, dan shalawat untuk Nabi Muhammad Saw. Sekeluarga dan para sahabat. Begitu pula ketika mengahiri juga mengucap hamdallah.
- Memperhatikan terhadap pelajaran yang di terangkan oleh guru supaya faham, dan menandai masalah-masalah yang belum difaham supaya ditanyakan kepada gurunya sehingga faham.
الآداب
بعد الانصراف
- Sepulang dari madrasah sampai di rumah kemudian muroja’ah pelajaran yang baru dipelajari sampai pindahke hati. Begitu juga muroja’ah saat sebelum masuk lagi supaya ilmu tetap benar-benar terikat erat dalam hati.
الآداب
النفسية
- Menggunakan budi pekerti yang luhur. Karena orangyang mencari ilmu syara’ itu benar-benar sibuk mencari tingginya masalah dunia dan agama.
- Harus halal makanan, dan pakaiannya. Begitu juga dengan peralatan belajarnya. Karena hal itu yang menyababkan terang dan beningnya hati yang sesuai untuk tempat ilmu.
- Meminimalis hal-hal yang mubah. Dan menjauhi hal-hal yang bisa merujuk ke perbuatan dosa. Karena satu dosa saja sudah menjadi kotoran di hati. Imam Syafi’I berkata: ” Tidak sampai kemulyaan yang sempurna seseorang yang menuntut ilmu dengan memanjakan badan dan hidup bermewah-mewahan.”
الآداب مع الوالدين
- Harus sungguh-sungguh berbuat baik kepada orang tua. Dan ketika sudah meninggal supaya didoakan dan meninggalkan untuk mereka pahala dari amal shaleh kita.
الآداب مع الشيخ
- Harus mengakui keluhuran dan keunggulan guru supaya esok bias menjadi orang yang beruntung.
- Harus sungguh-sungguh membuat guru itu ridho. Dan menhormati guru dengan ihlas. Karena hal itu yang membuat pelajar menjadi orang utama. Imam Baihaki menceritakan hadits marfu’ dari sahabat Abi Huroiroh R.A.; “tawadhu’lah kamu sekalian terhadap orang yang mengajarimu. Syekh Mughiroh itu menghormati syekh ibrohim seperti hormat kepada ratu.
- Jangan sampai pindah-pindah. Menjadikan tidak enaknya atau bosannya guru. Karena itu menjadi sebab cacat yang merusak faham dan merusak kesopanan. Bahkan menurut Syeh ibnu Sholah hawatir bisa menghalangi manfaatnya ilmu.
- Minta izin kepada guru ketika tidak bisa hadir. Dengan alasan ada udzur dan menyebutkan udzurnya.
الآداب مع العلم
- Harus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu sampai berhasil, karenailmu itu tidak bisa didapat dengan enak-eanaknya badan dan malas-malasan.
- Diawal harus mengetahui lafadhnya,kemudian bahasa I’rob dan maknanya manthuq dan mafhumnya dengan jelas. Dan dengan memperbanyak hafalan hal-hal yang menjadi musykil serta tulisannya. Karena orang yang mencari ilmu hanya cukup dengan menulis tanpa mendengarkan dan tidak tahu lemban-lembannya ilmu serta memaham maknanya, dst itu hanya akan menerima kesusahan saja tanpa menghasilkan apa-apa.
- Harus diskusi dengan para muallim, karena hidupnya itu dengan diskusi.
- Dalam menghafal ilmu “ ilmu harus dengan bertahap sedikit demi sedikit. Dengan begitu insyaalloh memperoleh apa yang diharapkan. Karena orang yang dalam mencari ilmu itu dengan seketika kemudian hilang semuanya. Tentu sia-sia tenaganya.”
- Membagi waktu, jangan sampai ada waktu yang kosong dari haknya.
- Supaya merapikan semua hal dengan rajin dan ditempatkan sesuai tempatnya.
- Harus menjauhi sifat bosan, malas.
- Memperbanyak deresan di malam hari dengan muthola’ah. Lebih-lebih di waktu sahur, supaya bisa menyusul para ulama.
- Jangan sampai pindah-pindah,suka menghafal dan membaca ilmu walaupun sudah dianggap gampang.
- Jangan malu dan sombong tidak mau minta ilmu dari orang yang lebih rendah berdasarkan nasab atau usia atau yang lainnya.tidak bisa menerima ilmu orang yang malu dan sombong. Mencari ilmu juga bisa seumpama sudah ada air yang mengalir ke atas atau sudah ada gagak putih. Orang yang tidak mau menanggung hinanya di waktu yang hanya sementara maka orang itu akan hina dengan kebodohannya selama-lamanya.
- Memperbagus niat, sekiranya ihlas lillahi ta’ala,bukan sekedar untuk mencari harta dunia yang rendah, menjadi pemimpin dan mencari pujian. Seharusnya dia menjadi orang yang mencari ilmu sebagaimana mestinya ditujukan kepada Alloh. Adapun Orang yang mencari ilmu itu tidak ada lagi kecuali untuk mencari harta dunia. Itu besok di hari kiamat tidak dapt mencium harumnya surga.
- Jangan pindah-pindah madrasah. Kalau ilmunya hanya untuk berdebat atau pamer atau sombong.
- Harus menjalankan ilmunya adab dan ilmu fadhoilul a’mal. Karena amal itu menjadi zakatnyailmu dan menjadi penyebab hafal ilmu. Untuk itu siapapun yang ingin hafadz ilmu supaya mengamalkan ilmunya.
- Ketika sudah mendapat ilmu walaupun satu kalimah saja supaya diajarkan kepada oranglain dengan ihlas. Supaya jangan sampai menjadi orang yang bahil bil ‘ilmi.
- Jika pengajar dan pelajar itu sudah menjalankan itu, maka sungguh sudah sempurna nikmat yang agung. Ketika pengajar sudah mengumpulkan: sabar, rendah hati, dan akhlak yang bagus maka sungguh sempurna nikmatnya kepada pelajar. Dan ketika pelajar sudah mengumpulkan: akal, adab dan pemahaman yang bagus maka sungguh sudah sempurna nikmatnya kepada pengajar.